Tuesday, December 4, 2012

Sejarah Kerajinan Rebana Brebes

SEJARAH REBANA Rebana merupakan alat musik tradisi islami, di buat dari bahan kayu pilihan berbentuk bundar, pipih dan berlobang di tengahnya. di satu sisi sebelahnya di pasang kulit yang telah di samak. kalau di pukul pake telapak tangan maka akan mengeluarkan bunyi nada suara.

Rebana biasa di mainkan untuk mengiringi kitab barzanji, simthu duror, Ad’dibai, maulid dan sholawat Nabi SAW. Tapi pengembangannya sekarang sudah meluas dan modern. Ada yang untuk mengiringi tari-tarian, instrument musik, sampai ada yang sekedar di jadikan barang cinderamata.
reban-1

Rebana di Bumiayu berdiri sekitar tahun 1954-an, berawal dari angan-angan dan kejelian bapak MADALI yang mempunyai keterampilan dalam menciptakan dan mengolah bahan kayu menjadi sebuah rebana. rebana yang di hasilkannya juga hanya terdapat satu macam yaitu berukuran 37-40 cm.

Kegiatan itu di lakukan selama puluhan tahun untuk mengisi waktu kesibukan di sela-sela waktu luang beliau bertani. Dan di kerjakan bersama seorang bapak bernama TOIP ( ayahanda ) yang sama-sama seoarang petani.

Tahun demi tahun puncaknya tahun 1999 Rebana di Bumiayu mengalami perkembangan yang pesat dan meluas, banyak kemajuan dalam membuat ragam jenis rebana hingga sekarang. Ada rebana qasidah / LASQI, Rebana Hadroh / simthu duror, Rebana Diba, Rebana MAPSI ( mata pelajaran seni islam ), rebana marawis, Hajir Marawis, Rebana Jawa/ Bass demak, dan Bedug Masjid/ musholla dari ragam jenis alat musik modern terdiri dari dari Drum set, Drum Band, Marching Band, aneka kendang, Tamrien / tamborien, dan instrument musik modern lainnya.

rebana-3

Di riwayatkan oleh ayahanda tercinta tuk masyarakat kaliwadas khususnya yang belum semuanya tahu, umumnya untuk masyarakat indonesia pecinta penikmat musik tradisi islami

SEJARAH REBANA DI PASAR IKAN JAKARTA
Seperti yang tercatat dalam SEJARAH REBANA DI BUMIAYU, berawal dari Bapak MADALI(alm) dan Bapak TOIP. Tahun 1954-an Rebana pada waktu itu di kaliwadas Bumiayu masih belum punya pasaran. di jual dengan cara di jajakan dan di kelilingkan dari kampung ke kampung juga dari rumah ke rumah. dan masih sekitar daerah Jawa Tengah dengan cara di panggul seperti pedagang kaki lima. Lambat dan penuh kesabaran buat bapak MADALI dan Bapak TOIP untuk menjajakan rebana. pada saat itu harga 1 set Rebana isi 4 cuma Rp 160, jadi per biji di hargai Rp 40 dengan ukuran Diameter 37-40 cm.

Lamanya waktu berlalu di Daerah pasar ikan Jakarta Utara, rame hiruk pikuk pedagang-pedagang ikan sampai cinderamata dan lainnya. salah satunya Haji Sulaiman saudagar dari Tasikmalaya penjual cinderamata, Beliau mendengar di daerah Bumiayu ada pengrajin rebana lalu beliau mampir ke Ayahanda Bapak TOIP untuk menawarkan rebananya di pasarkan di pasar ikan. yang sekarang bernama TOKO SETIA dan merupakan peran utama dalam perkembangan rebana di pasar ikan.

Hati gembira di terimalah tawaran tersebut. Dan dari situ kemajuan mulai terlihat untuk pasaran Rebana. sampai akhirnya biasanya Bapak TOIP lebih sering ke sawah untuk ngurusin padi jadi lebih banyak waktunya untuk buat Rebana di rumah.

Sampai akhirnya berkembanglah rebana di pasar ikan. sampai pedagang-pedagang sebelahnya juga ikut melirik bisnis rebana tersebut.dari almarhum Haji Acep TOKO SINAR HARAPAN MUSIK dan TOKO BALI.
 
Karena pesenan Rebana membludak tidak terkira dan Bapak TOIP kewalahan melayani permintaan, akhirnya satu keluarga ikut membuat rebana untuk stok rebana yang selalu kurang dan kehabisan.
berawal dari Bapak SYAMSURI L TOIP, KHAMBALI TOIP, ABDUL ROSYID TOIP, SOLICHIN TOIP, SOLIKHUN TOIP dan AKHMAD JAWAHIR TOIP.

Dari awalnya satu keluarga untuk memenuhi permintaan yang cepat, tapi tetap aja stok selalu kurang dan habis, Beliau Haji Sulaeman minta pada pada Bapak TOIP untuk ikut andil supaya masyarakat kaliwadas Bumiayu sama-sama membuat Rebana. salah satunya dari bapak M YUNUS, HAJI MUJI, Bpk JAWAWI, Bpk Sulaiman, MASDUKI, dan lainnya ikut membuat dan mengisi rebana di pasar ikan.

Puncak kejayan rebana rame penikmatnya di Pasar ikan dan Kaliwadas Bumiayu sekitar tahun 1999-an yaitu pada Era Presiden GUS DUR. Dan sampai sekarang perjalanan panjang itu terus berlanjut. Pesan yang paling sering penulis dengar adalah Almarhum Haji Sulaeman berkata pada Ayahanda adalah “…Nanti kalau Pak TOIP tidak lagi membuat rebana, Anak-anak Pak TOIP nanti yang meneruskan…”
“…begitu juga nanti anak-anak saya yang meneruskan..,”
Semoga jaya terus rebana di pasar ikan, Bumiayu dan Indonesia. dan pecinta penikmat alat musik tradisi islami maju terus untuk perkembangan seni Islam.
Amin…Amin…

Di riwayatkan oleh ayahanda tercinta tuk masyarakat kaliwadas khususnya yang belum semuanya tahu, umumnya untuk masyarakat indonesia pecinta penikmat musik tradisi islami

rebana-2

No comments:

Post a Comment

Photobucket